Sabtu, 05 Desember 2009

Para Perempuan Yang Mencintai Perempuan




Judul: Club Camilan
Penulis: Donna Talitha, Bella Widjaya, Brigitta NS
Penerbit: Gramedia
Halaman: 327 halaman

Tema lesbian bisa dibilang kalah populer dengan tema gay yang sering diangkat dalam novel populer belakangan ini. Namun seperti novel-novel tema homoseksual berbobot lainnya, novel ini mampu menyuguhkan sebuah kisah dari dunia lesbian yang penuh dengan hikmah dan nilai-nilai humanis serta nilai-nilai cinta yang bersifat universal. Membaca novel ini membuat saya kenyang dan puas, seolah menikmati secangkir kopi hangat dengan donat, bolu dan brownies sebagai camilannya. Manis dan..mmm… yummy.

Club camilan adalah novel yang disusun dari postingan blog yang berisi potongan-potongan kisah hidup tiga perempuan lesbian, Donna, perempuan yang tidak pernah bisa memilih salah satud ari perempuan-perempuan yang dicintainya yang masih tetap mencoba menjadi anak yang berbakti pada keluarga dan agamanya, Bee yang selalu mencoba terlihat normal namun pada akhirnya harus menyerah pada kata hatinya, dan Nies yang selalu merasa ragu dan gamang karena bayang-bayang masa lalud an rasa bersalahnya. Mereka bertiga berbagi cerita tentang hidup, keluarga, cinta , pencarian jati diri dan perempuan-perempuan yang penting dalam kehidupan mereka.


“….Kalau saya pulang, saya akan menguraikan masalah saya satu persatu. Sekarang jika saya akan pergi meninggalkan Jakarta, maka saya akan meninggalkan masa lalu di belakang…”

Bagi Donna all out mengenai orientasi seksualnya di hadapan keluarganya benar-benar menjadi hal yang sangat rumit, serumit saat dia harus memilih kekasih yang paling dicintainya. Ibunya adalah segalanya dan Donna tidak ingin mengecewakannya, bahkan hingga detik-detik terakhirnya. Sikap Donna membuat saya berpikir misalkan lesbian adalah sebuah dosa besar, apakah ornag-orang seperti Donna yang begitu menyayangi ibunya dan tetap setia menjalankan ibadahnya akan tetap dilaknat oleh tuhan? Apakah segala kebaikan itu akan hangus hanya karena dia mencintai perempuan?

“……..Langit sudah benar-benar gelap ketika aku turun. Kubuka pintu kaca keluar di lobi, menunggu lelaki yang seharusnya menjadi pacarku di sana.”

Mengakui sesuatu yang pada awalnya kita anggap nista dan bertentangan dengan norma masyarakat bukan perkara yang mudah. Bee terombang-ambing pada situasi tersebut saat dia memutuskan orientasi seksualnya. Dia menyukai Rico, laki-laki pilihan ibunya sekaligus menyukai Eve, teman yang dikenalnya di suatu pesta. Pada akhirnya dia memutuskan memilih untuk tetap berada dalam daerah abu-abu, berlindung di balik sebuah ikatan kamuflase demi sebuah solusi yang aman.

“……….Hati selalu membutuhkan rumah untuk kembali. Tidak ada yang terlalu cepat atau terlalu lama. Selama ada harapan dan usaha untuk mewujudkannya, hanya perlu membuka pintunya dan membiarkannya terisi harapan dan kebahagiaan.”

Melupakan cinta masa lalu bukan sebuah hal mudah. Memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru menjadi hal yang lebih sulit dilakukan, bahkan bagi seorang lesbian seperti Nies. Kata siapa lesbian mudah berganti pasangan? Kata siapa lesbian tidak bisa setia? Nies merasa hancur ketika cintanya memutuskan hubungan secara sepihak hanya karena perempuan itu tidak ingin mengecewakan keluarganya. Apa cinta memang harus mengalah pada norma masyarakat? Begitu nistanyakah orang-orang seperti dirinya? Alasan itulah yang membuat Nies menolak Aiko, gadis yang memutuskan untuk menjadi lesbian dan mencintai nies. Aiko tidak boleh jatuh dalam lubang yang sama dengannya. Di luar perkiraan keputusan itu justru menyakiti Aiko. Dalam kegamangan Nies kemudian menemukan jawaban dari seseorang yang tidak dia sangka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar