Sabtu, 17 Oktober 2015

Roman Modern Bernuansa Dongeng


Judul Buku : London-Angel
Pengarang : Windry Ramadhina
Genre : Lokal, pengarang Indonesia
Penerbit : Gagas Media, 2013
Halaman : 327
Periode baca : Awal April 2015 sekitar satu minggu (tanggalnya lupa)
Rating Goodread : 3,7

"...Lima hari yang lalu, aku datang dengan semangat luar biasa, dengan gairah mengejar cinta membara seperti api besar yang tengah melahap kayu di dasar perapian. Kini, aku lelah dan kehilangan asa. Kota ini telah mengikis habis harapanku lewat hujan yang turun hampir setiap waktu....." (London - Prolog, hal. 4)

London adalah salah satu novel dalam seri novel 'Setiap Tempat Punya Cerita' yang dikeluarkan oleh Gagas Media. Saya tertarik memilih novel ini karena kebetulan saya tahu pengarangnya. Kami dulu pernah tergabung dalam satu komunitas penulisKemudian.com dan saya juga mengikuti perkembangan tulisan dan membaca novel-novel Windry sejak judul pertama, Orange. Dari tema seri novel yang disebutkan, sudah bisa tertebak kalau novel-novel ini berkisah tentang banyak hal dalam seting yang berbeda. London adalah salah satu kota favorit saya (meski saya belum pernah ke sana) sehingga hal tersebut saya jadikan sebagai alasan berikutnya memilih novel ini.


Sesuai cuplikan narasi yang saya tulis di awal, kisah Novel ini dimulai dengan situasi tokoh Gilang, si 'aku' yang terdengar gamang dan galau, membuat saya sebagai pembaca bertanya tentang 'ada apa' dan 'mengapa'. Berbekal rasa penasaran maka saya lanjutkan perjalanan saya pada lembar-lembar berikutnya. Kisahpun bergulir. Pada dasarnya, 'London' mengangkat tema yang cukup sederhana, yaitu tentang seorang pemuda Indonesia bernama Gilang yang mengejar cintanya hingga ke London, Inggris. Penulis, dengan keahliannya dalam merangkai kata berhasil membuat kisah cerita sederhana ini menjadi suatu jalinan kisah yang membuat penasaran dengan akhir yang tidak pasaran. Gaya bahasa disampaikan secara lugas dengan menggunakan sudut pandang kesatu. Alur cerita maju-mundur tetapi tidak sampai membuat bingung.

Ada dua hal yang saya anggap sebagai kelebihan dari novel ini. Pertama adalah tentang plot dan ending cerita yang tidak biasa, kedua tentang deskripsi setting yang membuat penasaran. Salah satu alasan saya untuk terus membaca sebuah novel adalah jalan cerita yang sulit tertebak. Selama masih banyak pertanyaan yang muncul dalam kepala mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagi saya, penulis berhasil memberikan sensasi tersebut dengan tidak memberikan semua petunjuk dalam satu bagian. Setiap petunjuk tersimpan dengan rapi pada lembaran-lembaran kisah sebelum pembaca benar-benar sampai pada akhir cerita. Deskripsi setting yang detail juga menjadi salah satu yang saya anggap sebagai kelebihan novel ini. Penulis berhasil membuat saya browsing lebih banyak tentang London, mencari tahu apa itu Ferish Wheel atau London Eye, membaca lebih banyak tentang Charing Cross, Charlotte Street, Colville Place, bahkan memastikan kalau Fitzrovia dan Tate Modern benar-benar ada.

Meski demikian, tetap saja saya menemukan sedikit hal yang menjadi ganjalan sebagai pembaca. Yang paling utama adalah sejumlah ketidak sengajaan yang muncul dalam plot cerita. Pertemuan Gilang dangan Ayu dan pertemuan-pertemuan lain antara Gilang dengan Goldilocks di setiap hujan agak membuat saya bertanya-tanya, mungkinkah kebetulan-kebetulan semacam itu terjadi dalam kehidupan nyata? Ini membuat saya berpikir tentang fairy tale. Saya mungkin tidak akan bertanya bila kisah ini adalah sebuah dongeng. Tapi, mengingat ini adalah sebuah kisah slice of romance, bukan fantasi, pemilihan alur kisah jadi terasa agak sedikit berlebihan. Selain itu, penyelesaian atas kemunculan tokoh Ayu dan Goldilocks juga perlu diberi catatan khusus. Sampai saya menutup buku, Goldilocks tetap menjadi sosok yang misterius, antara nyata dan tidak nyata. Bisa jadi mungkin memang itulah yang diinginkan oleh penulis. Sedangkan keberadaan tokoh Ayu, mengingat tokoh tersebut bisa dianggap sebagai tokoh kunci lain dalam kisah ini, seharusnya bisa mendapat fokus yang lebih banyak sehingga tidak berkesan diada-adakan untuk sebuah penyelesaian.

Namun terlepas dari semua ganjalan tersebut, saya cukup menikmati kisah ini dan membuat saya tertarik untuk mengintip kisah-kisah tempat lain dalam seri novel tersebut. Saya memberi rating 3,5 untuk gaya bercerita yang mengalir dan membuat penasaran, deskripsi detail dan akhir kisah yang cukup tidak biasa.

1 komentar: