Sabtu, 05 Desember 2009

Dunia Kinanti



Judul Buku: Galaksi Kinanthi
Penulis: tasaro GK
Penerbit: Salamadani
Tebal buku: 432 halaman

“Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta; engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya, Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh….”

Kalimat di atas adalah penggalan dari paragraf pembukaan novel Galaksi Kinanthi. Saya tertarik dengan novel ini karena barisan endorsement yang saya baca di cover dan bagian belakangnya (metode yang juga saya terapkan saat memilih film-film bermutu). Nama-nama macam Dee Lestari, Ahmad Tohari, Helvy Tiana Rossa dan Gola Gong yang tidak diragukan lagi kualitasnya adalah beberapa penyumbang endorsement buku ini, dan semuanya berkata “well done.” Belum lagi deretan prestasi di bidang penulisan yang dimiliki si penulis makin membuat saya penasaran untuk membaca novel ini. Dan saya tahu saya tidak kecewa.

Galaksi Kinanthi bercerita tentang perjalanan hidup Kinanthi, seorang gadis yang lahir dan tumbuh di desa miskin di daerah Gunung Kidul. Dengan kepiawaiannya, penulis (yang notabene berasal dari daerah yang sama) berhasil menghidupkan sebuah nuansa kolot dan ndesani dari daerah terpencil tersebut. Seolah terisolasi dari gegap gempita globalisasi dan modernisasi, desa Kinanthi muncul dengan segala budaya animisme dinamisme yang telah beralkulturasi dengan Islam adat. Gaya hidup, gaya bicara dan sudut pandang warga yang terlokalisasi tergarap apik, mengingatkan kita pada komunitas kolot masyarakat pedesaan di Jawa.

Kinanthi, yang dikenal sebagai anak keluarga tidak beres dan miskin, bersahabat baik dengan Ajuj, anak rohis desa yang cukup terpandang. Kisah cinta yang tidak disetujui ala Romeo dan Juliet pun bergulir apik di antara lapisan gambaran mengenai sebuah kebudayaan tradisional yang ironis. Tasaro bukan hanya sekedar mengisahkan sebuah roman percintaan picisan semata, lebih dari itu, beliau berhasil menceritakan sebuah perjalanan hidup dari seorang perempuan, tidak hanya dari sisi percintaan, namun juga dari segi perjuangan hidup yang dramatis dan pergulatan batin yang menguras emosi.

Kisah hidup Kinanthi yang berikutnya harus terdampar sebagai TKW di Arab Saudi memberi cakrawala baru bagi pembacanya mengenai dunia TKW yang miris. Bagaimana para TKW Indonesia diperlakukan di sana, bagaimana pemerintah yang tidak begitu peduli (atau sudah terlalu repot) dengan masalah keluhan TKW atau mereka yang melarikan diri dijelaskan dengan gamblang. Belum lagi pihak-pihak ketiga yang sengaja memancing di air keruh bahkan terhadap saudara setanah airnya sendiri. Memang tidak semua kisah para TKW kita sedramatis kisah Kinanthi, tapi setidaknya Tasaro telah memberikan sebuah gambaran kehidupan saudara kita yang patut kita renungkan.

Kehidupan post-misery Kinanthi berikutnya juga bukan hal yang main-main. Penulis telah berhasil menunjukkan keahliannya dalam menggambarkan sebuah dunia modern di sebuah negara adikuasa. Tasaro menulisnya dengan proporsi yang tepat, tidak melebihkan namun cukup menggambarkan luasnya pengetahuan dan daya imajinasinya. Gaya bahasa asing, pembicaraan mengenai alien, agama, gaya hidup new yorkers, fenomena dunia publisher dan penggambaran kegiatan Prof. Kinanthi Hope sebagai salah satu dari penulis best seller dunia berhasil membuat saya terbang dari kesahajaan desa Gunung Kidul dan kekerasan hidup di negeri timur tengah ke suasana kesibukan dan gempita Park square dan Manhattan. Tidak ada kata lain yang bisa saya katakan selain "Menakjubkan!".

Bagian akhir juga terasa tidak main-main ketika Kinanthi kembali ke Indonesia untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Tasaro kembali memainkan emosi para pembaca dalam sebuah penyelesaian kisah cinta dan penantian cinta yang sangat panjang. Tiap paragraf terasa sarat dengan emosi. Alur cerita terangkai dengan perkembangan yang mengalir, membuat penasaran dan dramatis pada sejumlah klimak. Ending yang sulit ditebak membuat saya semakin suka dengan kisah ini. Tasaro berhasil menulis sebuah kisah cinta yang biasa menjadi begitu tidak biasa. Kemampuan ini yang selalu saya kagumi dari seorang penulis. Menulis kisah yang tidak biasa memang sulit, namun menulis kisah biasa menjadi tidak biasa adalah sesuatu yang jauh lebih sulit.

Terlepas dari semua nilai positif yang saya rasakan dalam novel ini, ada beberapa pertanyaan yang sedikit mengganggu pikiran saya. Apakah mungkin orang Indonesia bisa menjadi sehebat itu di negara seperti Amerika Serikat? Persidangan kasus Kinanthi juga menjado sebuah tanda Tanya lain, mungkinkah pemerintah Amerika menjatuhkan keputusan semanis itu bagis seorang TKW Indonesia macam Kinanthi? Penulis seolah menunjukkan secara tidak langsung bahwa masyarakat barat masih jauh lebih baik daripada timur. Lalu bagaimana dengan kelanjutan nasib sejumlah tokoh yang sempat muncul sebagai malaikat penyelamat Kinanthi. Memang Kinanthi berhasil bertemu lagi dengan malaikat penolongnya di Amerika. Tapi bagaimana dengan malaikat pelindungnya di timur tengah? Saya tidak menemukan penyelesaian kemunculan Borte yang seolah terkesan sengaja dimunculkan supaya ada pihak yang akan menolong Kinanthi di Kuwait dan membantunya menuju KBRI.

Saya tidak bermaksud mencari jawaban untuk semua pertanyaan itu. Toh hal itu menjadi hak bagi penulisnya dan tidak mengganggu kenikmatan membaca cerita ini. Galaksi Kinanthi memang lebih menitikberatkan pada kisah pencarian cinta seorang perempuan dan saya sudah cukup puas dengan apa yang saya baca. Bagi saya, novel ini layak disebut masterpiece dan dapat disejajarkan dengan novel cinta besar macam Supernova milik Dee Lestari atau novel-novel indah milik Habibbul Rahman.

Dengan kata lain, saya rekomendasikan total novel ini bagi mereka yang ingin mencari novel roman dengan mutu yang tidak diragukan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar