Sabtu, 05 Desember 2009

Kebrutalan Sebuah Sekolah



Tidak seperti novel teenlit kebanyakan, saya dibuat terkesima ketika membaca Devils Wear Uniform karangan Irvan Nasili. Brutal, miris dan mengenaskan adalah kesan yang saya dapat setelah membaca novel ini. Apalagi bagi saya, yang pada dasarnya memang tidak menyukai kisah-kisah yang brutal. Novel ini cukup membuat saya gemetar karena mual. Saya terpaksa memberikan julukan pada penulis Irvan dengan sebutan “penulis berdarah dingin” bukan dalam arti positif, melainkan karena kemampuannya mencabik-cabik rasa kemanusiaan saya dan mengguncang pandangan saya atas realita pendidikan dan pergaulan remaja yang mengerikan saat ini.


Devils Wear Uniform bercerita tentang sebuah sekolah asrama yang menyimpan banyak rahasia pelanggaran di luar batas kemanusiaan yang terjadi di antara murid-muridnya. Aksi premanisme, balas dendam, kekerasan, kenakalan remaja, bullying, drug, pejabat sekolah yang korupsi digambarkan semua oleh si penulis. Sempat saya tertegun, apakah sekolah semacam ini ada di Indonesia?

Bagian yang paling mengerikan bagi saya adalah adegan-adegan penyiksaan antara siswa yang berkuasa dengan korbannya. Senjata macam rantai baja, satan belati, bacok-membacok hingga darah yang berceceran (mengingatkan saya pada fdrama..ilm-film sadis ala Jepang) membuat saya merinding. Apakah praktek semacam ini juga ada dalam realitas? Atau penulisnya hanya sekedar melebih-lebihkan sebuah adegan cerita? Kenapa pihak sekolah tidak mengetahui pelanggaran-pelanggaran itu? Puncaknya adalah ketika terjadi adegan pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan berulang-ulang. Tidak ada kata lain yang bisa saya gunakan untuk menggambarkan novel ini selain kata SADIS.

Inti cerita dari novel ini sebetulnya tentang kehidupan remaja. Masalah-masalah percintaan, persahabatan, setia kawan, persaingan dan permusuhan antar siswa menjadi pengembang plot novel ini. Sayangnya, penulis seperti terkesan terlalu mencurahkan perhatian pada adegan-adegan sadisnya dibanding penekanan pada plot dramanya (apalagi saya ini penggemar berat drama….^^). Apakah karena penulisnya seorang remaja laki-laki? (Oh, memangnya gender mempengaruhi gaya bercerita gitu?)

Secara garis besar, novel ini mengingatkan saya pada film-film dengan tema kebrutalan remaja sejenis dari luar negeri. Jujur, saya yang berasal dari SMU lokal yang biasa-biasa saja masih agak kesulitan membayangkan hal ini mungkin saja bisa benar-benar terjadi di sekolah-sekolah Indonesia. Tapi berita-berita mengenai kekerasan dalam pendidikan yang masih sering saya dengar seperti apa yang dulu menimpa STPDN, atau aksi-aksi tawuran, genk dan premanisme remaja, atau aksi kekerasan para guru terhadap murid membuat saya berpikir, mungkin saja apa yang tergambar dalam novel ini memang terjadi di dunia nyata.

Membayangkan itu membuat saya ikut melontarkan pertanyaan yang serupa dengan Irvan, penulis devils Wear Prada, ”Dimana peran sekolah sebagai institusi pendidikan dan peran guru sebagai pengajar? Mau jadi apa generasi-generasi brutal semacam itu kelak?”

Damned, Irvan! You really have messed my mind up through your story. Saya tidak tahu apa saya harus memberikan pujian pada penulisnya atau mengumpat. Yang jelas saya merasa sangat bersyukur telah bersekolah di sebuah SAM daerah yang memilikilingkungan dan teman-teman yang baik, jauh sekali dari potret sekolah yang tergambar dalam Devils Wear Uniform.

Oh, dan silakan baca ringkasan lengkapnya di sini :

http://penerbitmmp.blogspot.com/2009/03/buku-devil-wears-uniform-iblis.html

1 komentar:

  1. Casino - Dr. Maryland
    A complete gaming 의왕 출장샵 and dining menu including a 동해 출장안마 variety of live casino tables and poker tables. With live games, 하남 출장마사지 sports betting, 춘천 출장샵 and more. Home  Rating: 3.7 · ‎6 votes 상주 출장마사지

    BalasHapus